Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2018

Segelas kopi dan depresi

Segelas KOPI dan DEPRESI ☕💔 Pagi ini, ketika mentari kembali pancarkan sinarnya ke langit biru yang masih terlihat pekat di atas sana. Aku kembali duduk di singgasanaku sambil menatap rona emasnya yang semakin tinggi menghampiri langit yang masih tertutup awan sebagiannya. Seperti biasa,segelas kopi hitam kembali temani pagiku bersama buku  harianku yang sudah lusuh. Lalu Aku menatap langit dengan kosongku, walau sebenarnya dalam kekosonganku, aku sedang merindukan seseorang yang pernah menjadi mentari pagiku, dan dalam hati aku berkata "Kau tau ,dalam setiap pagiku, aku ingin menatap lagit ini bersamamu." Aku menundukkan kepalaku, lalu tersenyum pada lantai, sebenarnya ada air yang mau mengalir dari mata ini, tapi kepalan tanganku melarangnya turun. "Hey !! Wanita depresi !!" Teriak Jessy menyapaku yang tengah melamun, mungkin karena sudah  berapa kali iya menyapa namun aku tak menyadarinya. "Apa lagi Je." Jawabku. "Kamu nggak punya kebiasa...

Demokrasi

Demokratisasi adalah proses rasionalisasi. Salah satu hasil rasionalisasi adalah keberhasilan suatu masyarakat majemuk untuk melampaui loyalitas-loyalitas primordial di dalamnya. Lewat demokrasi bukan hanya kekuasaan politis, melainkan juga loyalitas-loyalitas primordial terkait agama dan etnisitas itu menjadi bagian komunikasi publik dan dikontrol oleh penalaran publik. Dalam ungkapan lain, demokrasi menghasilkan moderasi yang diperlukan untuk etos kewarganegaraan yang inklusif. ㅤㅤ Jika tesis di atas dapat disetujui, kita dapat menemukan sekurangnya dua indikator rasionalitas publik. Pertama adalah preferensi para pemilih dalam pemilihan umum. Pemilih rasional akan fokus pada program, kinerja dan rekam jejak calon, sedangkan pemilih emosional mudah dipikat oleh loyalitas-loyalitas primordial terkait ras, etnisitas atau agama. Kedua adalah ke-patuhan pada hukum. Hukum modern menyimpan kekuatan rasionalisasi di dalam dirinya karena merupakan produk penalaran. Lewat prosed...

Bung Karno dan Teorinya

Bahwa Bung Karno banyak mempelajari perpustakaan Marxis, baik yang Leninis ataupun yang bukan, itu memang benar. Begitu juga bahwa Bung Karno banyak mendapat pelajaran dari perpustakaan Marxis tadi. Tapi dasar perjuangannya bukanlah Marxisme yang berasaskan Internasionalisme. Melainkan nasionalisme! Nasionalisme yang telah mendapat garam atau bumbu Marxisme, Islamisme dan lain-lain lagi. Oleh karena itu tak dapatlah ilmu perjuangan yang dirumuskan oleh Bung Karno tahun 1927 itu, yakni Marhaenisme (meskipun dikala itu istilah ini belum dipergunakan), dinyatakan sebagai pelaksanaan Marxisme di Indonesia. Bung Karno tidak hanya memperkembang Marxisme di Indonesia, sebagai halnya Lenin memperkembang di Rusia dan Mao Tse-tung memperkembangkan Marxisme-Leninisme di Tiongkok. Bung Karno merumuskan satu ilmu perjuangan sendir! ㅤㅤ Jika Marhaenisme itu hanya merupakan pelaksanaan atau toepassing dari Marxisme saja di bumi Indonesia kita ini, maka pastilah selanjutnya Marhaenisme t...