Doa dari rumah pelacuran. Malam semakin larut, namun suara penuh kebisingan masih seperti siang hari. Suara kendaraan tiada henti, langkah kaki, cekikikan tertawa hingga desahan dimana-dimana. Para wanita menyambut semua lelaki yang datang dengan senyum ramah, menjajakan badan, menawarkan rokok dan minuman lalu sesekali menjulurkan lidah tuk menggoda. Orang-orang yang lewat disebrang jalan menatap mereka dengan penuh rasa jijik dan hina terutama para wanita-wanita yang terhormat, mereka menganggap kompleks perumahan pelacuran adalah hal ternajis yang pernah ada. Malam itu, disebuah kamar kecil yang berantakan dan bau. Sampah rokok di mana-mana, botol bir diberbagai sudut ruangan dan plastik obat kuat juga kondom masih berserakan dilantai. Seorang wanita pemilik kamar menyalakan lilin lalu bersiap berdoa walau desahan dari kamar sebelah terdengar amat sangat kuat, dan kamar sebelahnya lagi terdengar suara tangisan dan jeritan. Iya tak peduli, iya mengatupkan tangan, men...
merupakan coretan tinta dari seorang perajut mimpi dari puing yang tercecer